Kamis, 14 Februari 2013

Teori Penerjemahan (lagi)



HAKIKAT PENERJEMAHAN BUDAYA
-          Meliputi segala aktifitas tafsir oleh manusia atas pelbagai fenomena alami dan cultural yang tertangkap inderanya dan dicerna oleh kesadarannya;
-          Adalah proses yang terjadi setiap hari sebagai bagian integral dari aktifitas hidup manusia;
-          Selalu dibingkai oleh aspek-aspek lain: ekonomis, politis, ideologis, geografis, dll.
Dua Kutub Budaya:
-          Kutub Esensialis: tiap identitas (kultura) berasal dari suatu esensi yang kodrati atau terberi (pre-given).
-          Kutub Konstruksionis: identitas (cultural) adalah ‘cerita’ (naratif) tanpa basis historis aaupun fisik; dengan kata lain, sebuah ‘sistem tanda’semata.
Implikasi Romantik
-          Humboldt & Herder: foreignizing = kesetiaan pada teks sumber = tujuan: pengayaan budaya sasaran
-          Sebuah bangsa (yang mengekspresikan diri via bahasa) merelakan sebagian orisinalitas alamiahnya dan menerima kontaminasi budaya asing untuk mencapai standar budaya asing itu (yang diasumsikan lebih tinggi, kaya, mapan)
Implikasi Posmodern
-          Benjamin: terjemahan tidak bertujuan komunikasi ataupun mengalihkan makna
-          Bahasa sumber dan sasaran selalu berubah dalam bingkai ruang dan wkatu
-          Bhabha: ‘ruang ketiga’ = hibriditas = terjemahan sebagai ‘negosiasi’ cultural dengan tujuan emansipatoris
Linguistik dan Budaya
-          Aspek linguistis dalam budaya (Jakobson): bahasa punya kapasitas memberikan pengalaman kognitif via ekspresi linguistic
-          Aspek cultural dalam linguistic (jakobson): apa yang harus disampaikan oleh bahasa, bukan apa yang bisa disampaikan
-          Apa yang terpaksa dikesampingkan akibat batasan-batasan cultural (Butler).
Pemahaman
-          Bhabha: Penerjemahan adalah sifat performatif dari komunikasi antar-budaya
-          Bassnett & Lefevere: Penerjemahan budaya bukan hanya transaksi antara dua bahasa melainkan negosiasi kompleks antara dua budaya


Orang-orang komunis memandang terjemahan:
1.       Lenin: orang yang tidak mempertimbangkan translatability dalam wacananya tak akan dapat mencapai tujuan politisnya
2.       Gramsci: kepentingan politis dalam terjemahan=audiens bukan hanya penerima pasif tetapi memiliki konsepsi dan sikap mental sendiri, serta sesuatu yang disampaikan juga

Tidak ada komentar:

Posting Komentar