Kamis, 14 Februari 2013

Sabar dan Ikhlas (Ujian Kenaikan Tingkat)

Kutipan:
Ketahuilah dan yakinlah, bahwa sesungguhnya dalam setiap cobaan berat yang Allah SWT berikan untuk kita, maka ada hikmah dan pahala yang besar yang menyertainya. Seperti sabda  Rasulullah SAW, “Sesungguhnya pahala yang besar itu, bersama dengan cobaan yang besar pula. Dan apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menimpakan musibah kepada mereka. Barangsiapa yang ridha maka Allah akan ridha kepadanya. Dan barangsiapa yang murka, maka murka pula yang akan didapatkannya.” (HR. Tirmidzi, dihasankan al-Albani dalam as-Shahihah [146]).
Rasulullah SAW  bersabda :  “Tiada henti-hentinya cobaan akan menimpa orang mukmin dan mukminat, baik mengenai dirinya, anaknya, atau hartanya sehingga ia kelak menghadap Allah SWT dalam keadan telah bersih dari dosa (HR. Tirmidzi). 
Rasulullah SAW bersabda, “Tidaklah seseorang mendapatkan pemberian yang lebih baik dan lebih lapang daripada kesabaran.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kita harus rela menerima segala  ketentuan  Allah  dan menyadari bahwa apapun yang terjadi, sudah ditetapkan Allah SWT dalam Lauhul Mahfuzh. Kita wajib menerima segala ketentuan Allah dengan penuh keikhlasan. Allah SWT berfirman :  “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS al-Hadid [57] : 22)
 Kutipan ini menjadi sumber kekuatanku untuk terus bertahan dalam menghadapi semua cobaan yang datang bertubi-tubi ini. Godaan, hambatan, tantangan semua membutuhkan sikap mental bajaku untuk kuat menahan segala terjangan badai yang datang menghantam.

Insya Allah...dengan keyakinan, Iman Islam, kehendak untuk berusaha sekuat tenaga melakukan yang terbaik bagi anakku...semua cobaan dan ujian dari Allah SWT akan segera dapat ditanggulangi dan dihadapi dengan ikhlas dan senyuman. walau terasa sakit setiap kali melihat sang bos kecil itu memperlakukan aku dengan semena-mena. Walau rasa ingin membalas semua kata-katanya pedasnya. Lebih baik aku diam. DIAM ADALAH EMAS...

Percaya dan ikhlas bahwa semua celaan, kata-kata pedas, dan tindakan merendahkan aku di hadapan orang lain adalah ujian kenaikan tingkat dari ALLAH SWT agar aku dapat menjadi sosok yang lebih dari tinggi di hadapanNYA. Yakin...suatu saat semua itu akan berbalik menjadi segala kebaikan, kebahagiaan jika tidak di dunia maka aku akan temui itu semua di akhirat.

Sabar...sabar..sabar.....selalu ingat bahwa kebesaran hanya milik ALLAH SWT. Manusia hanya bisa berkehendak tapi suratan takdir sudah diputuskan oleh ALLAH SWT.

Ikhlas Insya Allah aku akan berada di tempat terbaik dibandingkan dengan orang-orang yang menzholimi aku. Mohon Ampun atas segala kesalahan yang pernah kuperbuat. dan semoga mereka yang telah menzholimi aku diberikan ampunan oleh ALLAH SWT...

Teori Penerjemahan (lagi)



HAKIKAT PENERJEMAHAN BUDAYA
-          Meliputi segala aktifitas tafsir oleh manusia atas pelbagai fenomena alami dan cultural yang tertangkap inderanya dan dicerna oleh kesadarannya;
-          Adalah proses yang terjadi setiap hari sebagai bagian integral dari aktifitas hidup manusia;
-          Selalu dibingkai oleh aspek-aspek lain: ekonomis, politis, ideologis, geografis, dll.
Dua Kutub Budaya:
-          Kutub Esensialis: tiap identitas (kultura) berasal dari suatu esensi yang kodrati atau terberi (pre-given).
-          Kutub Konstruksionis: identitas (cultural) adalah ‘cerita’ (naratif) tanpa basis historis aaupun fisik; dengan kata lain, sebuah ‘sistem tanda’semata.
Implikasi Romantik
-          Humboldt & Herder: foreignizing = kesetiaan pada teks sumber = tujuan: pengayaan budaya sasaran
-          Sebuah bangsa (yang mengekspresikan diri via bahasa) merelakan sebagian orisinalitas alamiahnya dan menerima kontaminasi budaya asing untuk mencapai standar budaya asing itu (yang diasumsikan lebih tinggi, kaya, mapan)
Implikasi Posmodern
-          Benjamin: terjemahan tidak bertujuan komunikasi ataupun mengalihkan makna
-          Bahasa sumber dan sasaran selalu berubah dalam bingkai ruang dan wkatu
-          Bhabha: ‘ruang ketiga’ = hibriditas = terjemahan sebagai ‘negosiasi’ cultural dengan tujuan emansipatoris
Linguistik dan Budaya
-          Aspek linguistis dalam budaya (Jakobson): bahasa punya kapasitas memberikan pengalaman kognitif via ekspresi linguistic
-          Aspek cultural dalam linguistic (jakobson): apa yang harus disampaikan oleh bahasa, bukan apa yang bisa disampaikan
-          Apa yang terpaksa dikesampingkan akibat batasan-batasan cultural (Butler).
Pemahaman
-          Bhabha: Penerjemahan adalah sifat performatif dari komunikasi antar-budaya
-          Bassnett & Lefevere: Penerjemahan budaya bukan hanya transaksi antara dua bahasa melainkan negosiasi kompleks antara dua budaya


Orang-orang komunis memandang terjemahan:
1.       Lenin: orang yang tidak mempertimbangkan translatability dalam wacananya tak akan dapat mencapai tujuan politisnya
2.       Gramsci: kepentingan politis dalam terjemahan=audiens bukan hanya penerima pasif tetapi memiliki konsepsi dan sikap mental sendiri, serta sesuatu yang disampaikan juga

Selasa, 12 Februari 2013

Sabar...Sabarr...Sabar

Allah Maha Adil. Dia tidak pernah tidur....dibalik segala kesusahan ada kemudahan. akan ada pelangi setelah hujan itu yang harus kutancapkan dalam-dalam di pikiranku. Subhannallah....kenyataan....
biar saja semua berlaku tidak adil kepada diriku. biar saja mereka memboikot aku. Tidak perlu aku melawan. Hanya Allah dan Dzikir senjataku. Hanya Iman Islam dan kesabaran yang menjadi tameng serangan kemunafikan mereka.

hari ini rapat dengan jajaran pimpinan. sumpah sama sekali aku tidak tahu akan ada rapat. sang anak kecil yang menjadi bos kecil itupun dengan muka masam dan penuh kemenangan memerintahkan bawahannya membantu mempersiapkan rapat tersebut. Sama sekali aku tidak digubris....sama sekali mereka tidak menganggap kehadiranku. ahhhh...biar sajalah toh aku juga punya kesibukan lain. buat apa dipusingkan dengan kelakukan sang Plt. Pejabat Eselon IV yang kekanak-kanakan itu.

ternyata ulahnya itu menjadi senjata makan tuan dirinya. hehehehe...setelah sholat Dhuha aku ditelp dari ruang rapat. Aku harus ikut rapat. mereka mempertanyakan kenapa aku tidak ikut. Aku hanya menjawab dengan enteng...aku tidak tahu hari ini ada rapat. tidak ada yang memberitahuku. ketika aku bertanya kepada salah seorang bawahannya si anak kecil itu apakah mereka membutuhkan bantuanku atau tidak, jawabannya semua telah berada dalam kendali yang benar. pertolonganku tidak akan berarti apa-apa jawabnya.

Ya sudah lah kalo begitu....aku laporkan saja apa adanya jawabannya tersebut. hehehehe biar saja..biar para atasan itu cukup tahu bagaimana tingka sang pejabat Plt itu. sangat kekanak-kanakan. Dendam kesumat tak berkesudahan yang luar biasa...

Biar saja atasannya yang menegur dia. aku tidak mau ambil pusing. tapi satu hal yang membuatku yakin bahwa sabarku ini telah mebuahkan hasil. Hasil berupa pelajaran bagi sang pejabat Plt  itu bahwa jangan bersikap kekanak-kanakan. jangan sok tahu dan bersikap sok pintar. jangan merasa semua bisa dikerjakan sendiri tanpa pertolongan orang lain. jangan sombong...ada langit di atas langit. camkan itu wahai ibu Plt